Luke dan Anna sering menghadiahkan sindiran sarkasme kepada Isabel Kelly. Ini dilakukan sebagai bentuk penolakan dan resistensi agar ibu tirinya tak betah di rumah. Tak hanya itu, Isabel pun harus menghadapi konflik akibat tekanan dari Jackie, mantan istri suaminya yang di vonis menderita kanker dan akan meninggal.
Awal mulanya kedua perempuan ini ‘’bertempur’’ hebat untuk mendapatkan perhatian dari sang anak. Meski pada akhirnya mereka bekerjasama dan saling mendukung. Bahkan kedua anak itu menerima Isabel tanpa menghapus keberadaan sang ibu kandung.
Ini hanya cerita dari film berjudul Step Mom yang dibintangi Julia Roberts dan Susan Sarandon. Meski hanya kisah fiktif, tapi cerita tentang hubungan seorang ibu, dua anak, dengan seorang wanita yang menjadi istri dari mantan suami ini bisa memberikan gambaran tentang konflik yang terjadi dan penyelesaiannya ketika seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang telah mempunyai anak dari pernikahannya terdahulu.
Film itu memang berakhir happy ending. Tapi dalam realita tak semudah itu karena dalam beberapa kasus beberapa pihak yang terlibat sulit berkompromi. Terlebih lagi, ada mitos negatif yang menyertai predikat orang tua tiri. Seperti yang ada dalam benak Luke dan Anna.
”Saya sudah memberikan kasih sayang dan perhatian dan menerima anak
tiri seperti layaknya anak sendiri. Tapi meski sudah tiga tahun, semuanya belum
berjalan mulus,”ujar Maria, perempuan yang dinikahi duda beranak satu.
Usaha tak kenal lelah terus dilakukan Maria untuk meraih cinta sang
anak tiri, hingga ia kemudian memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.
Alasannya, demi kebahagian keluarga barunya.
**
Dr. Patricia Papernow seorang pakar keluarga dari New York
mengatakan, mengatasi masalah dalam keluarga tiri ini bisa diibaratkan dengan ”menjelajahi
jalanan New York City menggunakan peta Boston”.
Maksudnya, fakta dalam keluarga menyebutkan bahwa tantangan dalam
keluarga baru mempunyai permasalahan
yang kompleks yang terjadi selama proses beradaptasi. Baik bagi orang tua tiri
dengan anak maupun hubungan dengan keluarga kandung.
Menurutnya, meski pada awalnya tidak mudah, namun hubungan bisa kemudian
terjalin dengan kuat dan baik. Tentunya,
itu butuh kerjasama dan kompromi untuk menjalin hubungan antara anak dan orang
tua tiri.
Yang harus diingat, seseorang yang menjadi pendamping hidup baru harus
menyesuaikan dengan keluarga baru terutama dengan anak-anak dari pasangan yang
dinikahinya. Hubungan dengan anak tiri sangat memainkan peran penting dalam
membangun ikatan keluarga baru. Seperti yang dilakukan Isabel atau Maria dalam
memperlakukan ‘’anaknya’’.Patricia menambahkan, konflik biasanya terjadi pada diri anak karena pada kasus pernikahan berikutnya muncul rasa takut tidak dicintai jika ayah atau ibu menikahi orang lain hingga anak merasa berada pada zona yang tidak nyaman. Mereka menganggap orang tua tiri mereka sebagai penyusup dalam hidup mereka di rumahnya. “Imbasnya ada penolakan dari anak. Padahal mereka mempunyai niat dan hati tulus menyayangi dan mencintai anak-anak tirinya seperti anak-anak kandungnya sendiri.”
Faktor yang mempengaruhi hubungan tersebut
antara lain usia, seberapa jauh mengenal anak, sebaik apa hubungan dengan sang
mantan dan seberapa banyak anak tiri menghabiskan waktunya bersama dengan
orangtunya.
Yang pasti, Tidak ada formula ajaib
dalam menciptakan keluarga 'sempurna' tentunya karena setiap keluarga punya
keistimewaan masing-masing. Perlu diingat, pada dasarnya, anak-anak memerlukan
kasih sayang dan perhatian. Jadi, Kuncinya yang terpenting adalah komunikasi, kesabaran dan pengertian saat
berinteraksi dengan situasi yang baru.
"Banyak hal yang membuat saya bahagia. Tapi
saya merasa luar biasa senang ketika anak tiri saya yang berusia sembilan tahun
mengatakan saya cantik. Kassius adalah salah satu hal yang paling indah dalam
hidup saya dan saya senang menjadi ibu tiri," tandas Megan Fox.
Noni Arnee