10.11.2010

Di Balik Kelezatan Masakan Ibu

Di Restoran mana kamu bisa menemukan makanan paling lezat? Di mal mana kamu bisa menemukan food court dengan aneka makanan yang menggugah selera?
Jika pertanyaan itu dilontarkan kepada orang yang setia dengan masakan rumah, pasti mereka mempunyai satu tempat istimewa. Ya, di dapur rumah, dengan koki paling hebat, yaitu ibu. Salah satunya, Aryo Kuncoro (32), seorang karyawan swasta di perusahaan ternama di Semarang.

Tak bisa menikmati masakan ibunya dalam waktu yang lama membuat Aryo sering tak punya nafsu makan. Ia hanya makan untuk memenuhi kebutuhan perutnya. Maklum sudah tiga bulan ia tak pulang ke rumah ibunya di Solo. Ia paling sering teringan mangut ayam racikan ibunya.

”Wah..kalau membayangkan mangut buatan ibu, rasanya jadi ingin pulang. Aku sudah coba kemana-mana, tapi tidak ada yang selezat masakan ibu,” kata Aryo memuji menu favorit yang selalu dihidangkan tiap kali Aryo mudik.

Bahkan saking sukanya dengan masakan sang ibunda, tak jarang Aryo membawa mangut ayamnya itu ketika kembali ke Semarang. ”Biasanya pesen ibu untuk masak lebih banyak, buat ”sangu” ke Semarang. Nanti kalau makan tinggal ”dipanasi” saja,” tambahnya sambil tersipu. Kadang, tanpa dimintapun, ibunya telah menyiapkan dalam rantang khusus itu untuk dia bawa.

Adakalanya ketika hidup dirantau seperti Aryo, perasaan rindu masakan dirumah sendiri selalu membayangi. Apalagi ketika membayangkan betapa lezatnya masakan ibu dirumah.

Tidak hanya Aryo yang begitu ”menggilai” masakan ibu. Robi Maulana (30) yang dua tahun terakhir ini bekerja di Semarang pun harus rela ulang alik dari tempat tinggalnya di Salatiga ke tempat kerja.
Robi mengaku sering ”bermasalah” dengan makanan warungan yang dia santap, sehingga ia lebih memilih tinggal bersama sang ibundanya daripada kos.
”Alasan perutlah, lidah saya tidak cocok makan di sembarang tempat. Mungkin terlalu cinta dengan masakan ibu,” ujar Robi sambil tertawa.

Kebiasaan selalu menyantap masakan ibundanya inilah yang membuatnya sensitif dengan makanan. ” Aku memilih tinggal dirumah. Selain lebih aman, masakan itu ibu the best- lah,” tambah Robi.
Robi menganggap, dari semua masakan di bumi ini, ia paling suka dengan masakan ibunya. Apalagi ketika membayangkan ibundanya meracik bumbunya dengan penuh kelembutan dan senyuman. ibu memasaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang kepadan anak tunggalnya. Mungkin ini yang membuat Robi selalu ketagihan masakan ibundanya.

***

Bagi sebagian orang, makanan masakan ibu memang tak ada duanya. Dengan rasa apapun, kenikmatan menyantap makanan itu selalu terasa berbeda. Apalagi ketika hidup dirantau orang, walau tersebar banyak makanan, tetep perasaan rindu masakan dirumah sendiri selalu membayangi. Tak cukup membayangkan betapa gurihnya masakan sang Bunda tercinta dirumah.

Psikolog, Dr. Endang Widyorini, Psi, menilai, ungkapan perasaan Aryo yang selalu kangen dengan mangut ayam ibunya, menjadi sesuatu hal yang wajar. Itu merupakan salah satu bentuk kehangatan masa lalu yang didapat hingga sekarang dari seorang ibu. ”Itu wajar dan banyak orang merasakan hal itu, apalagi ketika jauh dari orangtua.”

Hal ini terjadi karena menurutnya, selama perkembangan si anak, seorang ibu lebih banyak berperan dibandingkan ayah. Ibu lah yang memenuhi kebutuhan dari kebutuhan primer, sekunder, fisik, psiologis. Sehingga hubungan ini lah yang terjaga sejak anak kecil hingga tumbuh dewasa.
”Sejak kecil ibu mengurus anaknya, memberinya makanan dan mencukupi semua hampir kebutuhan emosional anak. Saat ibu memasak makanan anak-anaknya, ibu melakukannya dengan rasa cinta dan sepenuh hati. ibu memakai resep, bumbu yang tak dijual di toko manapun. Bumbu itu bernama bumbu cinta,” imbuh Ketua Program Magister Psikologi Unika Soegijapranata Semarang itu.

Lanjut Endang, bahwa rasa kangen Aryo dengan mangut ayam ibu, itu salah satu bentuk kehangatan yang didapatnya dari ibu. ”Pulang ke rumah makan mangut bikinan ibu itu beda, ada suasana menghangatkan yang didapat, rasa kasih sayang ke ibu.”

Terkadang tidak bisa dipungkiri, hubungan antara anak laki-laki dan ibu biasanya memang lebih erat dan sayang dibandingkan hubungan antara anak perempuan dengan sang bunda.
Bagi seorang anak, ibu berfungsi sebagai pemberi kasih sayang primer, sekunder, dan psikologis. ”Sementara figur ayah hanya menjadi model bagaimana anak berhubungan dengan dunia luar, tidak secara emosional.”

Endang menambahkan, jika kondisi atau perasaan ketergantungan mencari kehangatan kash sayang seorang ibu masih dalam batas normal, hal itu justru menunjukkan hal yang positif.
”Itu bagus kalau hubungannya sehat, artinya ketika pada saat tertentu masih bisa melihat hubungan antara ibu dan anak masih secara obyektif bahwa nantinya akan mempengaruhi sisi psikologis anak. Misalnya, jika nantinya menuju jenjang pernikahan, laki-laki bisa lebih menghargai istrinya.”

Ketulusan ibu untuk membuat hubungan yang akrab akan menjaga perilaku anak lakinya tetap lurus dan terkendali saat ia dewasa.Tapi ketika perilaku itu berlebihan, justru akan berdampak negatif. ”Banyak kasus penyimpangan kejiwaan karena perlakuan yang berlebihan. Misalnya tidak hanya mencintai masakan ibu, tapi juga memposisikan ibu sebagai sosok yang segala-galanya.Perilaku negatif akan muncul, seperti Oedipus Complex, anak laki-laki yang menjadikan ibunya sebagai ”kekasih”nya.”
****
Sejumlah penelitian bahkan juga menemukan,bahkwa anak laki-laki jarang terlibat masalah atau berperilaku negatif ketika dewasa jika si anak punya hubungan yang akrab dengan si ibu semasa kecilnya.

Dalam penelitiannya, Dr Pasco Fearon, seorang ilmuwan dari Sekolah Psikologi dan Ilmu Bahasa Klinis, dari Universitas Reading, Inggris, baru-baru ini menganalisis 69 penelitian yang melibatkan hampir 6 ribu anak-anak berusia di bawah 12 tahun.
Hasilnya ditemukan, anak laki yang tidak punya hubungan akrab dengan ibu cenderung menjadi lebih agresif dan menderita masalah kesehatan mental. Khususnya anak laki-laki, yang pada tahun-tahun pertama kehidupannya tidak mendapat ikatan yang aman dari ibu mereka, memiliki lebih banyak masalah perilaku di kemudian hari.
Sebaliknya, anak laki akan tumbuh menjadi pribadi yang tenang, percaya diri dan punya banyak empati jika memiliki kenyamanan dengan ibunya ketika masa anak-anak.
Anak-anak membutuhkan kekuatan kedua dari orang-orang terdekatnya untuk bisa mengatasi hidup dan tantangannya. Karena anak-anak tidak akan mampu mengatasi risiko yang besar dalam masalah perilaku.

Kualitas hubungan antara anak dan orangtua adalah faktor penting untuk perkembangan anak-anak. Menurut teori kelekatan atau teori ikatan (attachment theory)--yaitu teori dalam psikologi yang menaruh perhatian pada ikatan emosional antara dua atau lebih individu--anak-anak membutuhkan keterikatan dengan sedikitnya satu orang pengasuh untuk mengembangkan emosi dan sosial mereka. Menurut teori yang dicetuskan oleh psikoanalisis John Bowlby ini, tanpa mendapat kebutuhan ini, anak akan kerap menghadapi masalah kejiwaan dan sosial yang permanen.

Tak mengherankan, terdapat hasil penelitian di kalangan pengusaha sukses di kalangan China,bahwa salah satu ciri kehidupan mereka adalah senantiasa menghormati ibu sedemikian rupa karena yakin sosok ibu itulah pilar kesuksesan mereka.
Sama halnya ketika hubungan itu dianalogikan dengan ekstrem, namun sedikit banyak mengandung kebenaran. Bahwa hubungan ibu dan anak ibarat mata dan tangan. Dan tentunya buhungan itu bisa diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya melalui kelezatan masakan.

Noni Arnee

Bebrayan_260910

Tidak ada komentar: