2.13.2011

dr. Endang Ambarwati, SpRM

Waspadai Riwayat Sudden death di Keluarga

Dr. Charles Limantoro, SpPD-KKV,FINASIM
Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Orang akan selalu bertanya dan mengkaitkan hal-hal yang tidak masuk akal ketika menemukan kejadian kematian mendadak. Tapi dalam ilmu kedokteran, tidak satupun dari penyakit yang terjadi secara kebetulan. Begitu juga dengan kasus Sudden Death Syndrome (sindroma kematian mendadak).

Sudden Death atau kematian mendadak sering tercatat sebagai kematian yang disebabkan penyakit alamiah (didapat/kongenital) tapi terjadi seketika dan tak terduga pada orang yang diketahui sakit maupun sehat. ”Tapi tidak diharapkan dan muncul secara spontan dari sebab fisiologis, maka kematian tersebut dikarenakan penyebab yang alami,” jelas Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Charles Limantoro, SpPD-KKV,FINASIM.

Sebenarnya, lanjut staf Sub Bagian Kardiologi Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. Kariadi Semarang ini, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya Sudden Death atau kematian mendadak. Tapi sebagian besar munculnya lebih disebabkan karena penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung dan pembuluh darah. ”Dua hal ini yang menjadi pemicu terbesar munculnya sudden death, khususnya penyakit jantung koroner.”

Memang bagi orang dewasa dan usia lanjut yang tidak memiliki penyakit degenarif seperti penyakit jantung, stroke, atau diabetes, sudden death seringkali tidak terdeteksi dan disadari oleh orang lain.
”Selain penyakit jantung koroner dan kelainan jantung bawaan, yang perlu diperhatikan adalah kelainan-kelainan primer dari kelistrikan otot jantung yang mengakibatkan irama jantung, peredaran darah dan oksigen dijantung terganggu,” imbuh anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia ini.

Kelainan primer dari kelistrikan otot jantung ini bisa terjadi jika pusat-pusat listrik dalam jantung mengalami gangguan karena faktor bawaan, gangguan elektrolit atau hehidrasi berat dalam jantung karena tidak mendapat suplai ”makanan” yang cukup

Kelainan ini perlu diwaspadai karena sifatnya menurun, jadi bisa dialami pada usia muda.Sehingga untuk mengetahui, salah satu cara adalah dengan mencari tahu apakah di dalam anggota keluarganya ada yang memiliki riwayat kelainan jantung dan meninggal mendadak.

Penanganannya tergantung pada tingkat keparahan penyakit jantng tersebut. Akan lebih mudah, jika sejak kecil sudah diketahui mempunyai ciri-ciri yang menunjukkan si anak mempunyai kelainan jantung. Namun, kondisi bisa berbalik, bahkan bisa menimbulkan sudden death jika penyakitnya tidak terdeteksi hingga dewasa. ”Misalnya pada laki-laki usia muda yang sering merasakan nyeri di dada, kecapekan dan cepat lelah ketika beraktifitas. Kondisi ini terjadi karena irama jantungnya terganggu.”

Menurut dr. Charles, upaya pengenalan dini terhadap penyakit jantung koroner sebenarnya perlu diajarkan secara luas kepada masyarakat, agar serangan yang berat/kematian mendadak dapat dihindari. Seperti di luar negeri, dimana masyarakatnya mempunyai pengetahuan untuk melakukan penanganan pertolongan pertama jika menemui kasus tersebut, sehingga penderita masih bisa diselamatkan. Berbeda dengan di Indonesia yang seringkali terlambat mendapatkan penanganan medis, sehingga nyawanya tak tertolong lagi.

Karena itu, bila ada keluhan yang mencurigakan, terutama pada usia diatas 35 tahun dan mempunyai faktor resiko, sebaiknya segera memeriksakan diri. Berbagai terapi dari mulai pemberian obat, kateterisasi jantung hingga operasi hanya salah satu cara penyembuhan. ”Yang terpenting adalah pencegahan, yakni dengan cara deteksi dini bagi keluarga yang memiliki riwayat kesehatan kelainan jantung agar mendapatkan penanganan profesional lebih cepat dan menjaga pola hidup yang baik dan sehat,” jelasnya.

Noni Arnee