11.18.2012

Ada ‘’Pendatang Baru’’ di Rumah


Luke dan Anna  sering menghadiahkan sindiran sarkasme kepada Isabel  Kelly. Ini dilakukan sebagai bentuk penolakan dan resistensi agar ibu tirinya tak betah di rumah. Tak hanya itu, Isabel pun harus menghadapi konflik akibat tekanan dari  Jackie, mantan istri suaminya yang di vonis menderita kanker dan akan meninggal.

Awal mulanya kedua perempuan ini ‘’bertempur’’ hebat untuk mendapatkan perhatian dari sang anak. Meski pada akhirnya mereka bekerjasama dan saling mendukung. Bahkan kedua anak itu menerima Isabel tanpa menghapus keberadaan sang ibu kandung.

Ini hanya cerita dari film berjudul Step Mom yang dibintangi Julia Roberts dan Susan Sarandon. Meski hanya kisah fiktif, tapi cerita tentang hubungan seorang ibu, dua anak, dengan seorang wanita yang menjadi istri dari mantan suami ini bisa memberikan gambaran tentang konflik yang terjadi dan penyelesaiannya ketika seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang telah mempunyai anak dari pernikahannya terdahulu.

Film itu memang berakhir happy ending. Tapi dalam realita tak semudah itu karena dalam beberapa kasus beberapa pihak yang terlibat sulit berkompromi. Terlebih lagi, ada mitos negatif yang menyertai predikat orang tua tiri. Seperti yang ada dalam benak Luke dan Anna.

”Saya sudah memberikan kasih sayang dan perhatian dan menerima anak tiri seperti layaknya anak sendiri. Tapi meski sudah tiga tahun, semuanya belum berjalan mulus,”ujar Maria, perempuan yang dinikahi duda beranak satu.

Usaha tak kenal lelah terus dilakukan Maria untuk meraih cinta sang anak tiri, hingga ia kemudian memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Alasannya, demi kebahagian keluarga barunya.

Ya, menikah dan bercerai adalah fenomena yang sering kita jumpai dalam masayarakat. Dan tak adil rasanya jika memposisikan ibu atau ayah  tiri menjadi sosok penganiaya seperti yang ada di banyak film Indonesia di era tahun 1960 sampai 1980-an yang bercerita tentang kejahatan orang tua pengganti. Sayangnya, stigma itu masih sering menempel dan sulit dihilangkan.

**
Dr. Patricia Papernow seorang pakar keluarga dari New York mengatakan, mengatasi masalah dalam keluarga tiri ini bisa diibaratkan dengan ”menjelajahi jalanan New York City menggunakan peta Boston”.
Maksudnya, fakta dalam keluarga menyebutkan bahwa tantangan dalam keluarga baru mempunyai  permasalahan yang kompleks yang terjadi selama proses beradaptasi. Baik bagi orang tua tiri dengan anak maupun hubungan dengan keluarga kandung. 

Menurutnya, meski pada awalnya tidak mudah, namun hubungan bisa kemudian terjalin dengan kuat dan baik.  Tentunya, itu butuh kerjasama dan kompromi untuk menjalin hubungan antara anak dan orang tua tiri.
Yang harus diingat, seseorang yang menjadi pendamping hidup baru harus menyesuaikan dengan keluarga baru terutama dengan anak-anak dari pasangan yang dinikahinya. Hubungan dengan anak tiri sangat memainkan peran penting dalam membangun ikatan keluarga baru. Seperti yang dilakukan Isabel atau Maria dalam memperlakukan ‘’anaknya’’.

Patricia menambahkan, konflik biasanya terjadi pada diri anak karena pada kasus pernikahan berikutnya muncul rasa takut  tidak dicintai jika ayah atau ibu menikahi orang lain hingga anak merasa berada pada zona yang tidak nyaman. Mereka menganggap orang tua tiri mereka sebagai penyusup dalam hidup mereka di rumahnya. “Imbasnya ada penolakan dari anak. Padahal mereka mempunyai niat dan hati tulus menyayangi dan mencintai anak-anak tirinya seperti anak-anak kandungnya sendiri.”
Faktor yang mempengaruhi hubungan tersebut antara lain usia, seberapa jauh mengenal anak, sebaik apa hubungan dengan sang mantan dan seberapa banyak anak tiri menghabiskan waktunya bersama dengan orangtunya. 

Tapi, menjadi orangtua dengan menggabungkan dua keluarga, atau menikahi seseorang yang sudah memiliki anak bisa juga menjadi pengalaman yang menyenangkan. Dan dalam beberapa kasus, anggota keluarga baru dapat bergaul tanpa hambatan seperti selebritas Indonesia Ashanty, Ririn Dwi Ariyanti. Atau bahkan aktris seksi Hollywood Megan Fox yang sedang menikmati masa bahagia bersama anak tirinya bernama Kassius. Anak dari Brian Austin Green, suaminya bersama Vanessa Marcil.

Yang pasti, Tidak ada formula ajaib dalam menciptakan keluarga 'sempurna' tentunya karena setiap keluarga punya keistimewaan masing-masing. Perlu diingat, pada dasarnya, anak-anak memerlukan kasih sayang dan perhatian. Jadi, Kuncinya yang terpenting adalah komunikasi, kesabaran dan pengertian saat berinteraksi dengan situasi yang baru.

"Banyak hal yang membuat saya bahagia. Tapi saya merasa luar biasa senang ketika anak tiri saya yang berusia sembilan tahun mengatakan saya cantik. Kassius adalah salah satu hal yang paling indah dalam hidup saya dan saya senang menjadi ibu tiri," tandas Megan Fox.

 Noni Arnee

Tak Seperti Don Juan



Apa yang dilakukan Pasangan Angelina Jolie dan Brad Pitt di sebuah restoran mewah dengan pemandangan indah di kota Golfe Juan, Prancis, bisa jadi membuat iri para perempuan. Bagaimana tidak, di sela-sela jadwal padat promosi film terbaru, keduanya masih  bisa mencuri waktu untuk sebuah makan malam romantis di restoran favorit.

Penampilan bintang 'The Tourist' dengan gaun putih rancangan Michael Kors begitu memesona. Ia datang menggandeng mesra pasangan hidupnya melalui pintu belakang dan diantar menuju meja yang sudah dipesan. Sup, anggur dan kue malam itu seolah menjadi bumbu untuk memancarkan energi cinta ketika keduanya  saling memeluk dan beradu pandang dengan mesra.

Hal semacam itu yang diinginkan  perempuan? Pria romantis! Namun, sayang tidak semua perempuan seberuntung mendapatkan pria seperti Brat Pit. “Jangankan makan malam romantis, ketika kami berjalan berdua saja tidak pernah bergandengan tangan,”cerita Maudy  sambil bersungut.

Ya, Hadi, lelaki yang dikenalnya sejak  lima tahun lalu memang terkesan dingin. Tidak hanya tingkah laku, kata-kata yang bisa menghangatkan hati perempuannya pun tak pernah terucap dari bibirnya.  Kecuali sekali ketika mengajak Maudy berumah tangga. “Aku cinta kamu dan ingin menikahimu”, itu saja. Dan kalimat pendek kini seakan tergilas dengan rutinitas pekerjaan yang menyita.

“Terkadang iri dan sebal kalau melihat kemesraan teman dengan pasangannya. Reinald itu seperti tidak ada ekpresinya. Kalau bicara datar dan seperlunya saja. Sama sekali tidak romantis,” imbuh Denanda yang sudah empat tahun ini menjalin cinta dengan Reinald.

**

Tak hanya Hadi dan Reinald, Thomas pun tak serajin seorang Don Juan yang memberikan bunga, berbincang intim pada malam hari dan kecupan kecil untuk kenyamanan  pasangannya. 

Dua tahun diawal pernikahan, Mariana sangat menikmati waktu bersamanya. Kejutan kecil bunga mawar berwarna putih dan obrolan ringan setiap waktu mengiringi perjalanan bahtera rumahtangganya.  “Tetapi tiga tahun terakhir kami sepertinya kehilangan rasa romantis. Jadi biasa saja. Rasanya ingin mengulang kembali suasana awal menikah dulu,” kata Mariana.

Memang menjadi romantis adalah salah satu cara untuk mengekspresikan rasa sayang kepada pasangan. Meski terkadang hanya diungkapkan pada momentum tertentu seperti perayaan ulang tahun atau pada saat Valentine saja. Padahal pengungkapan rasa cinta anda kepada pasangan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Dibanding perempuan, karakter seorang pria memang lebih cenderung dingin dan kaku sehingga sulit  mengekspresikan perasaan atau kata cinta di hadapan pasangan. Namun, tak bisa bersikap penuh cinta dan menjadi sosok pasangan romantis bukan berarti pria tersebut  tidak menaruh perhatian yang besar terhadap pasangannya. Salah satu faktornya karena karakter masing-masing personalnya.

Victoria Lukats, psikiater dan ahli dalam relationship untuk Parship.com mengatakan, sikap romantis sangat penting dalam setiap hubungan karena dapat membuat pasangan lebih terhubung, dekat, dan saling memikirkan. "Anda perlu menemukan cara berkomunikasi. Pokoknya apa saja yang dapat membangkitkan perasaan cinta antara Anda dan pasangan. Jika Anda mengatakan mereka harus melakukan hal ini, ajarkan tanpa menggurui," kata Victoria.

Menurutnya, romantis tidak harus dengan memberikan bunga atau mengajak makan malam di tempat mewah. Tetapi, lebih pada sikap saling ditunjukkan ketika bersama. Cara mengajarkan hal romantis pada pasangan, bisa dimulai dari hal kecil.

Seperti, membuatkan teh hangat di pagi hari untuk teman berbincang santai sebelum berangkat ke kantor. Ini akan lebih memberi ide pada pria untuk bersikap romantis dibandingkan sikap cerewet merengek untuk melakukan apa yang Anda inginkan. Memberi contoh adalah cara terbaik untuk belajar, secara perlahan mereka akan mulai mengubah sikapnya menjadi lebih lembut.

Ronald Goldstein, Ph.D., psikolog dan konsultan perkawinan di Newtown, Pennsylvania juga menyebutkan bahwa pria pada umumnya tidak mampu mengekspresikan dirinya secara verbal, oleh karena itu perempuanlah yang perlu menyampaikannya untuk dia. "Menurut saya pria senang mendengar betapa sang istri mencintai dan merindukannya.”

Jadi, apakah perasaan romantis yang menggebu itu identik dengan makan malam berdua yang ditemani cahaya lilin? Sekuntum mawar? Sentuhan hangat setiap waktu? Sanjungan dan ekspresi manis? perayaan hari spesial? Anda bisa menjawabnya.

Karena itu bila ingin menularkan virus romantis pada pasangan, mulailah dari diri anda sendiri. Dari hal yang kecil tapi bermakna. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai segala sesuatunya demi menambah kemesraan berdua.

 Noni Arnee

Being a Single...



Sudah lima tahun terakhir ini Tika Raharja tinggal bersama anak semata wayangnya dari hasil pernikahan dengan Hasyim. Ia memilih berpisah dari suamin setelah pernikahannya menginjak tahun ketujuh. Ketidak cocokan menjadi alasan Tika.

Sebagai orang tua tunggal, ia pun mengatur segalanya seorang diri.  Mencari nafkah sekaligus membesarkan dan mendidik anaknya. “Saya harus mengatur waktu untuk pekerjaan, anak bahkan mengatasi persoalan di kantor.”

Sejak berpisah, wanita mandiri itu mantap untuk fokus pada anak dan pekerjaannya. Tak heran jika ia tak kunjung mencari pengganti. “Tidak masalah, apalagi keluarga besar juga mendukung,” ucap staf di sebuah perusahaan konsultan asing ini dengan santai.

Terlepas dari penyebabnya. Tak hanya Tika, banyak diantara  perempauan atau laki-laki kini justru memilih untuk tidak terikat kembali pada pernikahan atau pasangan dan berperan sebagai orang tua tunggal (single parent). 

Membesarkan anak sendirian tanpa bantuan pasangan pastilah bukan sesuatu hal yang mudah. Apalagi Kesibukan pekerjaan seringkali memperngaruhi kehidupan pribadi. Belum lagi pada umumnya persektif masyarakat terhadap orangtua tunggal hanya mengukur dari suatu status. Meski ini banyak terjadi di di kota besar. Namun hal ini bukan berarti orang tua tunggal tak mampu berkarir dan membesarkan anaknya dengan baik. “Bagi saya menjadi single parent terkadang suatu pilihan,” Lanjut Tika.

Menurut Anggia Chrisanti Wiranto, konselor dan terapis EFT (emotional freedom technique) di biro psikologi Westaria, menjadi orangtua tunggal sebenarnya bukanlah pilihan tapi bagian episode kehidupan yang harus dijalani dan dihadapi. Karena itu banyak yang kemudian bisa menikmati status itu sebagai anugerah.“Status orangtua tunggal adalah keistimewaan yang tidak diberikan kepada siapa saja. Mungkin, hanya orang-orang kuat dan istimewa yang bisa menerima dan menjalani.”

Tapi perlu diingat bahwa orangtua tunggal itu bukan berarti menjalani peran ganda. Karena tidak akan pernah mampu menggantikan sosok seseorang secara fisik. Misalnya, laki-laki (ayah) tidak akan pernah menjadi sosok ibu. Pun sebaliknya.

Anak tidak butuh sosok ayah atau ibu, melainkan figur ayah atau ibu. Sosok adalah fisik. Sedangkan figur adalah peran dan fungsi sosok itu. Maka, orangtua tunggal harus beradaptasi dengan peran dan fungsi sosok pasangan.“ Figur ibu itu pusat rasa nyaman, menyediakan kebutuhan, memenuhi afeksi  berupa perhatian, sentuhan, pelukan. Sedang figur ayah, pusat rasa aman, seperti peduli, percaya, disiplin, dan lain-lain,”imbuhnya.

Anggia menambahkan, upaya itu dilakukan agar tetap bisa berbahagia dan jauh dari depresi. Bisa  berperan maksimal sebagai orangtua bagi anaknya. Dan anak menerima kondisi itu dengan riang.
Karena itu, bersama pendamping hidup ataupun tidak (single parent) yang harus ada dalam diri adalah pola pikir dan pola sikap untuk menentukan kebahagiaan.  “Hidup adalah pilihan. Ketika tiba-tiba menjadi orangtua tunggal  dan menjadi sendiri lagi dengan anak, pilihan yang ada adalah depresi atau bahagia. Karena pilihan ada di tangan kita, ya, pilihlah bahagia.”

Dengan kata lain, tidak ada orang lain yang bisa membuat bahagia. Baik itu pasangan hidup, sahabat, uang, hobi, kecantikan atau sesukses apa hidup kita. Karena yang bisa membuat diri kita bahagia adalah diri sendiri. 

Noni Arnee